My Trip, My …. ?

Ceritanya, akhir  tahun ini kami bertiga ke Medan karena ada beberapa hal yang memang harus diselesaikan di Medan sebelum 1 Januari 2017.

Tanggal 30 Desember malam akhirnya ke Medan juga. Setelah sebelumnya kami sempat galau  karena sehari sebelum berangkat aisy muntaber dan demam. Alhamdulillah, biidznillah setelah ke dokter dan minum obat kondisinya sudah cukup membaik, akhirnya fix jadi berangkat ke Medan sesuai rencana.

Karena akhir tahun, jalanan cukup macet. Dan puncak macetnya di daerah Berastagi, Sumatera Utara. Disana kami terjebak macet sekitar 2 jam. Setelah berhasil lolos dari kemacetan, qaddarullah sopirnya ngantuk. Saya dan suami sempat ketakutan, karena sopirnya benar-benar ngantuk seperti mahasiswa yang ngantuk kalau pas kuliah *curcol. Bedanya kalau mahasiswa ngantuk ketika nulis, tulisannya jadi belepotan, nah kalau pak sopir ngantuk, udah kebayang kan gimana bawa mobilnya? Beneran deg-degan rasanya. Alhamdulillah penumpang yang duduk di samping pak sopir mulai menyadarinya juga dan mulai ngajakin ngobrol pak sopir. Akhirnya kami sampai di Medan dengan selamat, fyuhhh…

Setelah urusan di Medan kelar, sebenarnya kami sempat ragu mau extent 1 malam lagi atau pulang. Pertimbangannya kalau extent, mumpung ada diskon hotel 50% dan badan masih berasa capek banget. Tapi setelah dipikir-pikir, karena besok suami sudah masuk kantor akhirnya diputuskan pulang hari itu juga.
Sore hari kami naik kendaraan menuju Kutacane, Aceh Tenggara. Tidak seperti biasanya, saat itu hanya tersedia tiga kendaraan saja, sehingga penumpang yang ada di kursi deretan tengah dan belakang harus duduk berempat (biasanya bertiga). Karena bawa aisy, akhirnya kami memilih untuk duduk di bangku depan supaya hanya duduk berdua saja.

Saat itu kami juga tidak kepikiran untuk bertanya kok tumben sampai harus sebangku 4 orang, karena memang saat itu belum ngeh. Batu ketika sudah di jalan menuju jalan provinsi ada polisi yang menghadang kami dan berkata bahwa terjadi longsor di daerah Tirtanadi, dekat Berastagi, sehingga kendaraan tidak bisa lewat. Setidaknya butuh waktu 4 jam untuk membersihkan bekas longsor.

Akhirnya pak sopir mencoba mencari jalan alternatif karena di jalan provinsi sudah sangat macet dan perjalanan masih sangat panjang. Jalan alternatifnya cenderung sepi, tapi cukup sempit, licin, dan terjal. Sampai-sampai saat itu saya udah ngantuk banget tapi ditahan-tahan supaya tetap melek, karena ngeri. Apalagi ketika di tengah-tengah perjalanan, motor yang tepat berada di depan kami sempat menabrak seekor sapi dan oleng, duh ngilu lihatnya, huhu.

Akhirnya sampai juga di jalan provinsi, tapi ternyata juga sudah cukup panjang antriannya. Setelah menunggu sekitar 2 jam, akhirnya mobil bisa bergerak perlahan-lahan. Di tengah jalan aisy sempat sangat kehausan dan air yang kami bawa sudah habis.

Alhamdulillah selang 30 menit perjalanan ada minimarket yang masih buka (saat itu sekitar pukul 2 dini hari), padahal seharusnya sudah tutup pukul 10 malam. Alhamdulillah kami dan ratusan orang lainnya sangat tertolong saat itu.

Jalanan saat itu sudah sangat padat merayap. Banyak yang terpaksa menepi, tidur di mobil maupun di masjid maupun terperangkap di pom bensin dan tidak bisa bergerak kemana-mana. Terutama yang jalur menuju Medan.

Setelah 16 jam baru akhirnya kami terbebas dari macet, walaupun di arah yang berlawanan macet masih sangat panjang. Saat itu sudah sepanjang jarak Berastagi-Medan dan mungkin akan bertambah panjang lagi antriannya, mengingat masih cukup banyak kendaraan yang melintas menuju Medan.

Alhamdulillah sekitar 1 jam yang lalu kami sudah sampai di rumah dengan selamat dengan total waktu tempuh 21 jam (biasanya hanya maksimal 8 jam saja).

Semoga masalah ini bisa segera teratasi ya. Sedih lihatnya, apalagi yang bawa baby/anak kecil.

Dan sepertinya ini akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan dan juga rekor macet terpanjang dan terlama di jalan pegunungan yang berkelok-kelok.

Kutacane, 3 Januari 2017
♥Dina Safitri♥

Leave a Reply

Your email address will not be published.