Perjalanan Penelitianku‎

Jadi ceritanya, beberapa waktu yang lalu DPS (Dosen Pembimbing Skripsi) saya memesankan sampel kulit ikan (lagi) ke Kalimantan, karena kami kekurangan sampel. Dua hari yang lalu, supplier yang menjual kulit ikan sms saya, dan meminta untuk mengambil sampel di bandara Adisucipto besok. Namun ternyata barang tersebut tidak bisa langsung sampai di Jogja (harus transit di Jakarta dulu). Jadi sampel tersebut kami ambil keesokan harinya lagi jam 10 pagi.

Tidak lupa supplier itu mengingatkan saya untuk mengajak teman laki2 ketika mengambil di kargo, katanya: “Bawa temen cowok ya, karena orang di kargo biasanya nakal, sekalian minta tolong untuk mengangkat barang”. Sempat bingung juga mau minta tolong ke siapa, bingung memikirkan ke’nakal’an jenis apa yang dimaksud oleh supplier tersebut. Untuk cari amannya akhirnya kami minta tolong ke salah seorang teman kami.

Keesokan harinya, sekitar jam setengah sepuluh pagi kami bertolak dari kampus menuju bandara. Sesampainya di gudang/kargo kami menunjukkan nomor resi pengiriman, setelah menunggu sekitar 20 menitan, akhirnya barang tersebut sampai. Kedatangan sampel ke ruang kargo tersebut membuat ‘heboh’ para pekerja yang ada disana. Di ruang itu terdapat tiga pekerja, seorang perempuan dan dua orang laki-laki. Pegawai yang perempuan serta merta langsung nyeletuk: “ya ampun, mambu opo iki??” (ya ampun, bau apa ini??) lalu dengan sigap pegawai perempuan itu langsung mengenakan masker, kemudian berkata “Nah, kalau gini dah amaan”. Pegawai laki2 itu juga menutup hidungnya, dengan ekspresi yang gimanaaa gitu.. 😐

Rencana awalnya sampel tersebut akan kami bawa dengan menggunakan motor, akhirnya saya dan partner saya ke warung terdekat untuk membeli tali raffia, namun kemudian teman laki2 saya menghubungi saya dan dia bilang ternyata sampel tersebut tidak bisa dibawa dengan motor, karena boxnya berukuran besar dan barangnya ‘basah’, jadi dia berinisiatif untuk memesan taksi. Ketika dia memesan taksi, saya dan teman saya kembali lagi ke kargo, untuk melihat seberapa besar sih sampel tersebut.. ternyata memang cukup besar, ada 2 box dari Styrofoam masing-masing box beratnya 20 kg. Begitu sampai di kargo, kami mendengar kata-kata yang cukup pedas dari para pekerja yang ada di kargo-kargo tesebut. Ada yang bilang “koyo mambu WC”, “Ngirim koyo ngene kok nganggo kargo”, “mbok iki gek dipindah”, dll. Sampai ada petugas kargo yang mendatangi kami dan dengan’halus’ berkata, “mbak, motornya dibawa kesini aja” (maksudnya mbak, buruan motornya dibawa kesini, sampelnya buruan dibawa)

Akhirnya teman kami datang dengan membawa taksi, setelah memasukkan sampel tersebut kedalam bagasi. Saya ikut bersama sampel tersebut di taksi dan kedua teman saya kembali ke kampus dengan menggunakan motor.

Penelitian kami memang sooo speciaall.. Rendemennya yang special banget (Cuma 10-15%, untuk gelatin, dan untuk minyak atsiri dari 1 kg daun salam kering Cuma dapat kurang dari 1 ml minyak). Sampelnya juga spesiaall banget baunya, yang satu baunya amiss banget, yang satu lagi baunya haruumm banget, sampai-sampai pusing karena baunya yang terlewat tajam. Dan sumber sampelnya juga special banget, karena ada wacana bahwa kami akan mendatangkan sampel minyak atsiri daun salam dari India. Kenapa jauh2 di India, kenapa nggak beli di Indonesia aja? Karena memang di Indonesia tidak ada produsen minyak atsiri daun salam, bahkan kalau pesan pun produsennya tidak ada yang mau membuatkan karena memang rendemennya sedikit dan masih tergolong langka. Kenapa nggak bikin sendiri?? karena kalau bikin sendiri butuh waktu yang banyak, sekitar 3 bulanan (padahal kami udah pingin segera lulus T.T) dan juga butuh biaya yang lebih mahal daripada kalau beli (bisa sampai dua kali lipatnya). Itulah secuplik kisah dari perjalanan penelitian kami..
Semoga Allah memberi kemudahan dan kelancaran pada penelitian kami dan para pembaca sekalian :p . Allahumma laa sahla illa maa ja’altahu sahla, wa anta taj’alul hazna idzaa syi’ta sahla.. Aamiin ;))

Oiya, Alhamdulillah kami tidak menjumpai sedikitpun ke’nakal’an dari orang2 kargo, hanya sebatas sindiran2 ‘pedas’ dari orang2 yang bekerja di kargo.. hehe :p
Entah karena sudah ilfeel dengan bau sampel kami, entah memang orang kargo yang di Jogja tidak nakal seperti yang supplier itu katakan, entah karena kami sudah membawa teman laki-laki. Pokoknya Alhamdulillah banget deh 😀
#Ini kisahku, kisahmu??^^v

Selesai ditulis di Kulon Progo tanggal 01 Februari 2013 malam

Leave a Reply

Your email address will not be published.