Mengenal Lemak Trans (Transfat) Lebih Dekat

Di zaman ini memang semuanya serba cepat, mulai dari teknologi, informasi, bahkan makanan pun didesain serba cepat, sehingga  makanan cepat saji, yang lebih dikenal dengan fast food lebih disukai, terutama oleh kaum berada dan anak muda. Alasannya adalah karena fast food disamping rasanya yang enak dan gurih, terlihat lebih ‘wah’, juga untuk mengkonsumsinya pun tidak membutuhkan waktu yang lama, “Ada order, Kami antar” begitulah salah satu slogan mereka. Ternyata, dibalik semua kelezatan serta kecepatan penyajian yang ditawarkan, ada banyak hal yang perlu diwaspadai, sehingga harus mengurangi jumlah konsumsi fast food tersebut.

Berbagai produk fast food, seperti fried chicken dan French fries ternyata digoreng dengan transfat yang mengandung asam lemak trans yang berbahaya bagi tubuh.  Transfat digunakan untuk menggoreng produk cepat saji karena harganya yang relative murah, serta lebih gurih dan renyah. Sebenarnya, apakah transfat itu? Dan kenapa bisa membahayakan tubuh?

Transfat sebenarnya adalah lemak nabati (cair dalam suhu ruang) yang diolah dengan proses dehidrogenasi parsial agar menjadi semi padat dalam suhu ruang. Namun, proses dehidrogenasi parsial ini menyebabkan konfigurasi struktur minyak alami, yaitu cis- berubah menjadi trans- dan lebih dikenal sebagai transfat. Konfigurasi yang lazim dalam tubuh manusia adalah cis- sehingga tidak membahayakan tubuh, namun jika konfigurasi trans- akan dideteksi tubuh sebagai benda asing, sehingga tubuh tidak dapat memecahnya menjadi asam-asam lemak. Transfat juga dapat dibentuk melalui penggorengan minyak dalam jangka waktu yang lama dengan suhu yan tinggi, atau lebih dikenal dengan istilah deepfrying.

Berdasarkan hasil penelitian, FDA (Food and Drugs Administration) menetapkan bahwa penggunaan transfat harus dihilangkan, atau harus berada dibawah batas minimum, karena FDA mengklaim bahwa penggunaan transfat dapat berdampak buruk bagi tubuh manusia. Di Amerika penggunaan transfat sudah dilarang, sedangkan di Indonesia, penggunaan transfat  masih diperbolehkan asal berada dalam batas aman. Bahaya yang ditimbulkan transfat, yaitu dapat menaikkan kadar LDL (kolestrol jahat) dalam darah, dan juga sekaligus menurunkan kadar HDL (kolestrol baik) dalam darah, sehingga sangat berpotensi untuk menimbulkan penyakit jantung, strokes, serta diabetes type 2. Bahkan, dulu penggunaan transfat di Amerika menyebabkan maraknya kasus obesitas (kegemukan)

Untuk itu para pakar kesehatan, menyarankan untuk mengganti transfat dengan monounsaturated fats (lemak tidak jenuh tunggal) atau polyunsaturated fats (lemak tidak jenuh ganda). Contoh monounsaturated fats adalah minyak zaitun (olive oil), canola oil, peanut oil, sunflower oil and sesame oil yang berwujud cair pada suhu ruang dan membeku pada suhu rendah. Polyunsaturated fats terdapat pada soybean oil (minyak kedelai), corn oil (minyak jagung) dan safflower oil dan berwujud cair baik pada suhu ruangan maupun pada suhu rendah. Polyunsaturated fats ini juga terdapat pada daging ikan berlemak seperti salmon, mackerel, herring dan trout. Batasan yang diberikan untuk mengonsumsi jenis lemak ini adalah tidak lebih dari 25-35 persen dari jumlah kalori makanan yang dikonsumsi per hari. Jika benar-benar ingin terhindar dari penyakit-penyakit tersebut, sebaiknya mengurangi konsumsi makanan yang diolah dengan cara menggoreng, baik dengan transfat atau dengan lemak tidak jenuh, karena meskipun resiko bahayanya hanya sedikit, namun lemak tidak jenuh juga dapat membahayakan kesehatan.

*): Tulisan ini saya buat untuk memenuhi tugas matakuliah Bahasa Indonesia yang saya ambil ketika duduk di semester 3

Leave a Reply

Your email address will not be published.